Kalau seseorang menanyakan pendapat saya soal film Jumbo, saya akan menjawab: “Animasinya bagus, lagunya keren, tapi ceritanya jelek.”
Disclaimer: ulasan singkat ini adalah bentuk apresiasi.
Jadi, apa yang menyebabkan cerita di film Jumbo jelek?
Pertama: plot cerita
Plot adalah alur cerita sebab-akibat dari awal sampai akhir. Serangkaian peristiwa yang saling terkait satu sama lain. Kejadian A mengakibatkan kejadian B kemudian lanjut ke kejadian Z. Di film Jumbo, saya merasa plot ceritanya longgar, hubungan sebab-akibatnya terasa tidak terikat satu sama lain, lepas-lepas dari awal sampai akhir. Kalaupun dianggap saling terkait, kaitannya tipis-tipis dan tidak terlalu kuat. Misal, peristiwa penulisan buku dongeng Kerajaan Gelembung yang dilakukan oleh orangtua Don tidak memiliki pengaruh yang kuat di akhir cerita, selain hanya untuk keperluan pementasan yang berlangsung di tengah cerita.
Kedua: logika cerita
Logika cerita dibangun atas narasi yang masuk akal. Setiap tindakan yang dilakukan sang tokoh harus berdasarkan alasan yang jelas. Tokoh A melakukan ini dan itu karena begini dan begitu.
Di film Jumbo, saya merasa beberapa logika ceritanya masih berlubang dan harus diisi dengan alasan yang jelas. Misal, kenapa orangtua Don menulis buku dongeng untuknya? Mengapa Meri memilih Don saat membutuhkan bantuan, bukan ke anak yang lain, apa yang membuat Don begitu spesial di mata Meri? Mengapa Don langsung percaya kepada Meri dan langsung setuju untuk melakukan kerjasama, padahal saat itu mereka baru pertama kali bertemu dan Meri adalah sesosok hantu? Mengapa hanya untuk mengambil kembali buku dari tangan Ata, Don sampai minta bantuan Meri, padahal dia punya dua sahabat dan tiga ekor kambing? Satu lawan lima kayaknya masalah akan selesai. Lalu, ketika tahu Meri memiliki kekuatan untuk mengambil kembali buku Don, kenapa Don dan dua sahabatnya masih harus memanjat tembok dan tetap berusaha mengambil buku itu? Dan lain-lain.
Ketiga: tokoh cerita
Tokoh cerita adalah seseorang atau sesuatu yang mengalami sebuah peristiwa di dalam cerita. Tokoh cerita yang kuat biasanya memiliki keinginan atau tujuan tertentu.
Di film Jumbo, saya merasa tokoh utamanya belum memiliki keinginan yang kuat dan belum jelas juga tujuan dia apa sih? Apa karena ingin diterima dengan teman-teman lainnya? Kalau iya, kenapa di akhir cerita teman-temannya Don itu dia lagi-dia lagi? Berbeda halnya dengan Ata dan Meri. Keinginan mereka sangat kuat dan jelas. Ata ingin ikut kompetisi agar bisa membantu abangnya. Meri mendekati Don karena ingin membebaskan orangtuanya. Saya merasa Don seperti pemain figuran dan tokoh utamanya itu Meri atau Ata, karena kedua tokoh itu cukup kuat dalam cerita.
Keempat: catatan lainnya
Saya belum menemukan apa yang sebenarnya ingin disampaikan dalam film ini. Kehangatan keluarga? Kayaknya masih kurang. Pentingnya buku untuk anak? Tidak juga. Bullying? Cuma sedikit banget pembahasannya. Persahabatan? Biasa aja. Penerimaan diri? Mendengarkan pendapat orang lain? Kompetisi? Atau, apa? Saya merasa ada banyak sekali yang ingin disampaikan tapi tidak tersampaikan dengan baik sehingga filmnya pun seperti kehilangan fokus dan segalanya terasa seperti setengah-setengah.
Sekian ulasan saya untuk cerita film Don. Barangkali ada yang terlewat oleh saya karena terlupa, mohon maklum karena saya memang pelupa.
Oh iya, catatan tambahan, saya tidak mempermasalahkan cerita hantu di dalam karya fiksi ya. Kalau ada anak yang kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan soal hantu, jawab saja: itu cerita bohongan. Masalah selesai. Jangan panik banget ya, bunda-bundi dan papa-papi. Waktu kecil kita sering nonton Casper, tetapi alhamdulillah kita tidak lantas berteman dengan hantu dan berbuat syirik.
Selamat menonton!
Rating animasi: 8/10
Rating cerita: 6/10
Tinggalkan Balasan