Keranjang Anda kosong!
Mengapa Kita Jangan Dulu Kebelet Menerbitkan Buku?
Dalam setiap kesempatan, saya sering bilang kepada orang-orang begini, “Jangan kebelet menerbitkan buku. Goal terbesar seorang penulis bukan menerbitkan buku.”
Tentu saja ucapan saya tersebut membuat beberapa orang mengernyitkan dahi. Aneh amat penulis enggak boleh kebelet nerbitin buku? Antum otaknye miring atau pegimane? Kalau mau jadi penulis ya bikin bukulah! Masa bikin martabak!
Ya, saya akui, menerbitkan buku memang sudah menjadi motivasi terbesar bagi sebagian besar penulis, dalam hal ini penulis buku anak. Hal tersebut bisa terlihat dari masih banyaknya para penulis yang mengikuti workshop menulis buku anak yang memberikan janji manis penerbitan buku.
Bukan cuma itu. Bahkan, ada juga yang sampai rela ikut proyek penerbitan buku bersama yang, ketika buku itu terbit, mereka sampai harus membeli buku tersebut dan ikut menjualkannya agar bisa mendapatkan keuntungan. Menulis sendiri, membeli sendiri, dan menjual sendiri? Itu penerbitnya enak amat! Antum otaknye miring atau pegimane? Mending nerbitin sendiri aja enggak, sih?
Tentu ada beberapa alasan mengapa mereka kebelet ingin menerbitkan buku. Ada yang ingin memberikan bacaan bermanfaat untuk anak-anak, ingin menyebarkan nilai-nilai positif lewat buku, ingin melihat namanya terpampang di depan sampul buku, atau ada juga yang ingin mendapat pengakuan.
Alasan-alasan di atas tentu saja bukan suatu kesalahan. Masa salah, sih, bikin buku? Salah itu ngakalin konstitusi biar anaknya jadi wapres!
Memang tidak salah. Namun, masalahnya begini, Bung. Ketika kebelet ingin menerbitkan buku, kita jadi lebih fokus berpikir “gimana caranya biar bisa tembus penerbit?” daripada fokus berpikir “gimana caranya biar bisa memiliki kemampuan menulis yang mumpuni?”
Inilah alasan mengapa saya sering bilang jangan kebelet menerbitkan buku: membuat kita hanya fokus kepada hasilโyang penting diterbitin, syukur-syukur laku dan bestseller. Padahal, kemampuan menulis kita masih sangat menyedihkan dan tulisan kita juga masih butut.
Jadi, daripada kebelet menerbitkan buku, lebih baik kita kebelet untuk memperbaiki kualitas tulisan kita. Mari kita mempelajari kembali dasar-dasar penulisan, karena belajar menulis adalah proses sepanjang hayat yang membutuhkan kesabaran.
Sekali lagi, buku bukanlah goal terbesar penulis. Buku hanyalah efek samping dari kegigihan kita dalam meniti jalan penuh liku dan luka seorang penulis. Goal terbesar penulis adalah mampu membuat sebuah tulisan yang bukan hanya baik dan tidak butut, melainkan juga mampu memberikan cakrawala baru kepada pembaca tentang kehidupan. Hatchim!
More Articles & Posts
Noor H. Dee adalah editor dan penulis buku anak yang kurang terkenal gitu deh.

Tinggalkan Balasan